Jesus

Chat Kami

Featured Post

MPPD XXVIII RESMI DIBUKA SEKUM PB AMGPM

Musyawarah Pimpinan Paripurna Daerah (MPPD) XXVIII Angkatan Muda Gereja Prostestan Maluku (AMGPM) Daerah Buru Selatan (Dabursel) Tahun 2024...


All Info AMGPM

Berita Daerah AMGPM

Baca Juga

Syalom...

Berita Cabang AMGPM

Berita Ranting AMGPM


SEJARAH AMGPM


TIGA MOTIF UTAMA / TIGA WUJUD PERGERAKAN PEMUDA  DALAM SEJARAH    (PPMM – PPKM – AMGPM)

Sejarah menampung sejumlah kisah yang pernah dilalui, dan terukir dalam aktivitas dan tindakan nyata. Kenyataan yang muncul di balik kilasan sejarah tersebut termanifestasi dalam Tiga Motif Utama. Disebut Tiga Motif Utama dikarenakan ketiganya tergambarkan dalam hakekat dan perkembangan yang berbeda (corak dan pola perkembangannya dapat berbeda), namun memiliki satu substansi yang sama yakni Organisasi Pemuda Gereja Protestan Maluku. Hal ini dapat diumpakan dengan salah satu karya anak bangsa yakni Batik, sebagai symbol dan identitas dari Masyarakat Indonesia. Sekalipun substansinya tetap adalah baju batik, tetapi seiring dengan perkembangan dan kemajuan, maka kini muncul begitu banyak motif batik yang ditawarkan, mulai dari batik Solo, batik Jogja, batik Semarang, yang pada hakekatnya berbeda, tetapi tidak menghilangkan substansinya yang sama sebagai baju batik. Sekalipun demikian berbagai motif yang ditampilkan itu hendak menggambarkan proses kemajuan untuk mempertahankan eksistensi di medan gumulnya. Perwujudan dari Pergerakan Pemuda Gereja Protestan Maluku, tampak dari tiga motif tersebut yakni PPMM, PPKM, dan AMGPM yang dapat diuraikan sebagai berikut:[1]

a.    MOTIF PERTAMA PERGERAKAN PEMUDA GPM : PERSATUAN PEMUDA MASEHI MALUKU (PPMM)

Tinjauan untuk motif pertama ini dimulai semenjak masa perang dunia Pertama, di mana perkembangan pemberitaan Injil di Maluku mulai terjadi kevakuman, tetapi setelah perang dunia pertama, mulai dibentuk suatu gerakan Pemuda Kristen untuk jemaat  Ambon dan  Pulau Ambon oleh Drs. E. A.A de Vrede pada tahun 1925 yang diberi nama De Dageraad (fajar).  Nama ini memberikan sebuah pengertian bahwa Generasi Pemuda adalah cahaya baru yang akan membagun dan mengerakan wilayah Ambon dan pulau-pulau di dalamnya menuju kedamaian, kesejahteraan yang adalah langkah misi.  Penempatan Generasi Pemuda sebagai fajar ini menandakan bahwa pergerakan Kekristenan di Maluku digerakan melalui Pergerakan Pemuda dan Pergumulan terhadap Kemanusiaan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa ini dimulai pula dari Pergerakan Pemuda. Sementara untuk wilayah Seram Selatan, Seram Timur, Babar dalam Konferensi guru-guru tanggal 28-29 Oktober 1930 bertempat di Tepa,  salah satu keputusannya yaitu mendirikan Persatuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM).[2]  
Misi dari para pemuda ini semakin kuat pada tahun 1932 untuk segera membentuk Perkumpulan Pemuda Masehi Maluku di semua jemaat supaya semuanya menjadi satu pergerakan yang memiliki satu ketua umum dan seorang sekretaris umum. Persatuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM) memiliki satu tujuan utama saat itu adalah mengumpulkan anak-anak muda di jemaat agar berhimpun setiap minggu untuk melakukan kebaktian-kebaktian, memupuk serta mempertebalkan keyakinan Iman kepada Tuhan Jesus Kristus Juru Selamat Dunia serta menampakkan kabar keselamatan bagi setiap orang. [3]
Pada Tanggal 27 Maret 1933 Pdt. P. Souhuwat mengumpulkan semua persatuan Pemuda Masehi Maluku di seluruh wilayah Maluku untuk membicarakan pergerakan persekutuan ini kedepan, dan hari pertemuan ini kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi Angkatan Muda GPM sampai sekarang ini.  Kelanjutan dari hal ini adalah dilakukan pertemuan kembali pada tanggal 25 -30 yang dilakukan di rumah Drs. W. H. Tutuarima 1934 untuk membicarakan peraturan umum yang mempedomani langkah dari PPMM oleh Pdt H.H. Van Herwerden dan dibahas dalam suatu komisi dibawah Pimpinan Pdt J. E. Stap, sehingga akhirnya menghasilkan Peraturan Organisasi Persatuan Pemuda Masehi Maluku. Perkembangan PPMM ini menjadi semakin terlihat ketika pada tanggal 4 April 1934 dilakukan pertemuan di Gereja Batu gantung (kini Gereja Rehobot)  dengan pimpinan PPMM dari masing-masing wilayah berjumlah 150 orang dan 6000 anggota. Dalam pertemuan tersebut dibuat Logo PPMM dan Lagu Wajib PPMM.




 LOGO PPMM

       Pada tahun 1940 dibentuk Logo PPMM dengan pemaknaan sebagai berikut :[4]
Bulatan besar itu merupakan buah pala jang mekar. Dalam bulatan itu terdapat gambar segitiga, sebagai tanda dari pengakuan Geredja jaitu Allah Tritunggal. Djuga mempunjai arti mentjakup seluruh kebutuhan kemanusiaan. Salib ditengagja menandai penderitaan dan perdjuangan Kristen dibelakang Kristus.
Pada dua sudut bawah dari segitiga itu terdapat pula gambar bunga tjengkih jang semuanja menundjuk kepada kepulauan Maluku dengan hasilnja.
Lagu Wajib PPMM yang dipakai saat ini bertolak dari usulan Drs. E. A.A de Vrede yang menyatakan pemuda sebagai Nama “ De Dageraad”  (Fajar), sehingga lagu wajib PPMM yang dipakai saat  itu  adalah  Nyanyian  Dua  Sahabat Lama No 138 : 1,2,3  BERJALAN DI T’RANG
Pertemuan ini kemudian mendorong sebuah pergerakkan dari Gereja Protestan Maluku yang pada tanggal 06 September 1935 kemudian menyatakan kemandiriannya di wilayah Maluku. Hal ini membuat sampai Pergerakan Pemuda Gereja, menjadi  salah satu saksi sejarah dari terbentuknya Gereja Protestan Maluku yang juga turut ambil bagian dalam pembentukan GPM sebagai gereja yang mandiri. 
Pada bulan September 1946 PPMM mengeluarkan  tulisan yang diberi nama “ Adik - Kakak “ . Kilasan isi dari Tulisan ini seperti ini:[5]

Kini Persatuan Pemuda Kristen, tiba pada salah satu dari pada Angan-angannya, melahirkan kedalam masyarakat Biji (Tulisan perdamaian).  Kecintaan mana patutlah dijaga sebab bagi kita, untuk kita, dan dari kita PPMM dapat tetap bertahan. Dasarkanlah semua upaya membangun kita ini pada hubungan Adik-Kakak agar kita bisa mencapai kemajuan lahir – batin.
Hidup adik-kakak menggabungkan kita secara perhubungan darah, sekalipun setiap kita berbeda corak dan bertumbuh secara berbeda. Tetapi disini sebagai Adik-Kakak satu mengasihi lain, satu mencintai lain dan menopang yang lain. Kata Pengasihan yang melekat pada hubungan adik – kakak ini menjadikan kita mampu membantu yang lain secara utuh dalam hidup badani maupun rohani.
Adik akan selalu berusaha menggenapi tuntutan kakaknya. Kakak sudah memasuki sifat dewasa patutlah ia menyadari bahwa ia pernah menjadi adik, pernah ia dipimpin secara adik, sehingga janganlah kakak lupa kewajibannya untuk mendidik adiknya memasuki masa dewasanya juga.
Simbol adik-kakak inilah yang akan menjadi landasan dari kita mendirikan dan menggembangkan Organisasi PPMM ini. Sehingga yang satu mampu memimpin yang lain secara setara, melalui adik-kakak muncul Rasa Hati yang menopang dan saling membangun, bukan saling menjatuhkan dan saling menghakimi. Lalu janganlah lupa saling memaafkan satu dengan yang lain. Memaafkan bukan berarti menunjukan kesalahan, tetapi menunjukan setiap kita punya keterbatasan jika melangkah sendiri, dan karena itu perlu melangkah bersama.
Dengan cara inilah kita membangun Persekutuan Pemuda Masehi Maluku menjadi satu Persekutuan yang kokoh, memandang kedepan dan menciptakan sebuah langkah pembaharuan untuk mendatangkan Kabar Sukacita bagi setiap orang. Katong S’mua Adik-Kakak, katong S’mua Basudara, katong S’mua Satu Persekutuan.
Pergerakkan PPMM menjadi semakin nyata ketika terjadi Perang Dunia Kedua, di mana PPMM menjadi salah satu tongkat perdamaian yang menyatakan pembelaannya terhadap kemanusiaan melalui surat-surat edaran yang berisikan perdamaian dan peduli terhadap kemanusiaan. Pergerakkan PPMM ini semakin mempertegas eksistensi Pergerakkan Pemuda Gereja saat itu dalam menyatakan Fajar sebagai simbol kehidupan lewat kehadirannya.
Pergerakkan PPMM merupakan embrio dari AMGPM pergerakkan ini kemudian direkonstruksi untuk lebih melebarkan Eksistensi Pemuda Gereja melalui Pembentukan PPKM (Persekutuan Pemuda Kristen Maluku) mengantikan PPMM (Persatuan Pemuda Masehi Maluku) sebelum menjadi AMGPM (Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku).  Inilah dasar dari sejarah pergerakkan Pemuda Gereja sebagai organisasi yang mandiri dan menyatakan Kabar Sukacita bagi gereja, masyarakat dan Negara.

b.   MOTIF KEDUA PERGERAKAN PEMUDA GPM: PERSATUAN PEMUDA KRISTEN MALUKU (PPKM)

Dinamika generasi pemuda kristen terus berkembang dari waktu ke waktu secara objektif, konstruktif dan positif serta terarah kedepan, ditandai dengan pergantian nama dari PPMM ke PPKM.
Usul perobahan nama dari PPMM menjadi PPKM dalam Sinode GPM pada tanggal 31 maret – 1 april 1948 belum sempat diputuskan, tetapi sinode membentuk Panitia yang bertugas sekaligus mengadakan hubungan dengan perkumpulan Pemuda Berbahasa Belanda. Hal tersebut dalam keputusan berbunyi :
Panitia berhubungan langsung dengan Gereja dan Pemuda memilih 5 Anggota dari Pemuda-Pemudi yang ditentukan oleh Hoofdbestuur PPKM antaranya satu dari Pemuda Berbahasa Belanda dan dua anggota dari Synodal Bestuur. Dalam Synode GPM tanggal 12 – 21 Maret 1949, barulah menjadi sebuah keputusan untuk menerima Perobahan Nama dari PPKM seperti ternyata pada angka 5 Keputusan Synode itu : Setuju PPKM dalam gereja dan usaha lainnya berhubungan dengan Statusnya”. [6]
Perhatian Sinode GPM kepada PPKM sangat besar dengan dinyatakan : “ Untuk pekerjaan PPKM tiada dapat ditimbang, melainkan di dahulukan memasukan rancangan pekerjaannya kepada seksi keuangan.
Dalam Sidang Sinode GPM pada tanggal 14 – 21 Maret 1949, Pdt S. Marantika dipilih menjadi Ketua Synode, sehingga perlu dicari Ketua Umum PPKM yang baru dan terpilih adalah menunjuk dan mengangkat Pdt. M. H. Loupatty selama setahun kerja sebagai ketua Umum, dan Sekretaris  Umum  yang terpilih saat itu adalah Sdr F. M. Siahaya dan Bendahara Sdr. D. Matulapelwa.[7]



Gbr.IV.2 LOGO PPKM  
Pada  tahun 1948 dibentuk Logo PPKM dengan pemaknaannya yang masih sama dengan logo PPMM, hanya terjadi perubahan nama dalam logo, dari Persekutuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM) menjadi Persekutuan Pemuda Kristen Maluku (PPKM). 
Nyanyian pengenal dari PPKM jang khusus diperdengarkan pada setiap permulaan sesuatu upacara masih sama dengan lagu wajib PPMM yang diambil dari Kitab Njanjian Dua Sahabat Lama No. 141 : 1,2,3 :  Berdjalan di Terang. [8]
Program Kerja dari PPKM untuk menyatakan arus Kemerdekaan Indonesia yang terus berjuang dalam semangat pembebasan dan kemanusiaan.   Pergumulan ini di sadari sungguh sebuah pergumulan yang tidak gampang. Hal ini menyebabkan sifat PPKM bukan hanya bergerak pada batas-batas hidup gerejawi, tetapi juga kelapangan masyarakat yang sedang bergerak dengan aspirasi politiknya, sehingga kalau ke dalam GPM mengambil langkah-langkah bergereja, maka ke masyarakat PPKM mengambil sikap aktif dengan semua organisasi massa pemuda dalam Negara dan Bangsa. Bahkan dalam bidang kebudayaan, pendidikan dan ekonomi, PPKM mempunyai program –program kerja yang didesak oleh setiap anggotanya serta ranting-rantingnya dan daerah-daerahnya untuk mengambil prakarsa dan inisiatif mempeloporinya di dalam kegiatan-kegiatan yang hendak di lakukan.[9]
Beberapa faktor yang menjadi hambatan dan perlu ditata kembali oleh PPKM sebagai berikut :[10]
v  Faktor mental masyarakat yang berabad lamanya berada di bawah asuhan dan pembinaan dari suatu politik dan kebudayaan yang berasal dari luar.
v  Faktor berpikir religious - theologies yang bersifat piestis, sehingga sukar melihat realitas sejarah itu secara menyeluruh.
v  Faktor komunikasi yang lambat karena situasi geografis kepulauan dengan segala akibatnya terhadap perobahan–perobahan di sekitar
v  Faktor-faktor kebiasaan hidup masyarakat yang beraneka dan mendarah danging dalam kekristenan sehingga sukar menerima perobahan dari luar sekalipun yang lebih baik.
Untuk menjawab hal ini, PPKM membuat suatu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru dan disahkan dalam kongresnya pada tahun 1949. Melalui ketentuan tersebut, Rencana Strategis untuk menjawab dan menempatkan eksistensi disusunan Pemuda Gereja kemudian diletakkan dalam 4 Tahapan yakni :


 § Tahap Pertama    : 1948-1950[11]
Pada tahapan ini konsentrasi diletakkan pada upaya membangun semangat NKRI dalam diri. Pada tahun 1948 mereka dihadapkan dengan diproklamirkannya RMS. Di tengah–tengah dialektika ini PPKM berupaya menempatkan dirinya untuk mempertahankan Republik Indonesia dan mengalami kebebasan hidup dalam semangat kemerdekaan. Di sisi lain gejolak memisahkan diri dari NKRI adalah upaya yang dibangun oleh sebagian masyarakat Maluku.  Namun eksistensi mempertahankan NKRI tetap di nyatakan oleh PPKM sebagai organisasi Pemuda Gereja saat itu.

§  Tahap Kedua  : 1950-1956[12]
Pada periode ini eksisitensi PPKM semakin di nyatakan dan secara sadar mulai ditarik oleh arus Gerakan Oikumene. Situasi ini membuat sampai PPKM menjadi simbol nyata gereja yang berupaya menyatakan Kabar Sukacita bagi dunia.

§  Tahap Ketiga  : 1957-1962
Pada Perode ini, berdasarkan Anggaran Dasar PPKM pada tanggal 22 Juni 1961 menambah sub B yang baru pada pasal 3 yang berbunyi : “berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka PPKM turut berkewajiban dalam pembangunan nasional di segala bidang”.  PPKM juga menjadi Kreator menggembalikan Irian Barat Kepada Pangkuan Pertiwi dengan mengadakan musyawarah Pemuda Kristen Irian barat yang dijalankan dibalai PPKM .
Pada 7-14 Juli 1961 dijalankan latihan Kepemimpinan Pemuda yang dipimpin oleh Seksi Pemuda bagian Pekabaran Injil GPM Pdt Iz. Wattimena, bersama kepala Bagian Pendidikan Pengurus Besar Pdt P. Tanamal.
Usaha-usaha yang dibangun PPKM di berbasis masyarakat di antaranya dibentuk Kebun Pemuda, merangsang transmigrasi lokal dan menciptakan sarana-sarana perdangangan di tingkat Pemuda.
Tahap Keempat  : 1962-1965[13]
Tahap ke empat ditandai dengan pada tahun 1962 dengan diadakan Kongres ke-XIII PPKM di Kota Ambon tanggal 16-18 Juli yang dipimpin oleh Ketua Umum Pdt. W. Pelupessy. Dalam Kongres ini dipilih pimpinan baru yang terdiri dari Wakil Ketua  Pdt. P. Tanamal, Sekretaris Umum F.M. Siahaya dan Bendahara Nn. A. Maspaitella. Kongres ini telah mengambil beberapa keputusan sebagai berikut :
v  Mengusulkan kepada BPS/Sinode GPM agar nama PPKM diubah menjadi Angkatan Muda GPM, mengadakan perubahan Anggaran Dasar pada beberapa pasal dan menyatakan Anggaran Dasar PPKM Tanggal 1 Oktober 1953  Tidak berlaku Lagi.
v  Merumuskan sesuatu “Janji (Lihat Lampiran IV)
v  Menyampaikan seruan untuk melepaskan cara-cara dan pegangan hidup yang kosong, yang bercampur dengan mentalita tahayul untuk kembali secara murni pada Injil Kristus dengan Pesan Sinode 4 Mei 1960.
v  Bertekat turut aktif dalam Trikora mengembalikan Irian Barat ke wilayah Indonesia.
v  Mengusulkan supaya Ketua Umum Pengurus Besar adalah Tenaga Full Time, dan supaya Generasi Muda Gereja lebih mendapat perhatian khusus.
Salah satu kontribusi besar dari PPKM adalah mendorong terciptanya gerakan oikumene di Maluku. Kekakuan antar gereja-gereja dengan ketegangan-ketegangannya di masa lampau, dicairkan oleh Gerakan Pemuda Kristen pada tanggal 31 oktober 1964 di ketuai oleh Anggota Pengurus Besar PPKM J. Mailoa , telah merobah paham dan arah dari tradisi hari reformasi ini di mana sudah mengundang Gereja Katolik untuk menghadirinya, yang diwakili oleh pastor Katolik Tentua yang juga turut memberikan sambutannya saat itu. Situasi yang dibangun adalah satu rumah di dalam Jesus Kristus. Tahun 1964 ini ditandai juga dengan permulaan realisasi gerakan oikumene di Maluku. 


c.    MOTIF KETIGA PERGERAKKAN PEMUDA GPM : ANGKATAN MUDA GEREJA PROSTESTAN MALUKU (AMGPM)

Sejak tanggal 21-28 November 1965 dilakukan kongres PPKM XIV di Saparua. Harapan  dan keinginan gereja untuk membentuk satu organisasi pemuda Kristen yang kokoh dan teguh mulai menemukan titik terangnya ketika nama PPKM digantikan menjadi AMGPM. Alasan  peralihan  nama  dari  PPKM  menjadi   AMGPM  di latarbelakangi  oleh  beberapa faktor yakni :[14]
v  Nama itu terlampau umum padahal Organisasi ini adalah organisasi Pemuda GPM di bentuk oleh GPM dan diasuh oleh GPM
v  Terdapat semacam kesan bahwa dengan nama itu agaknya hendak dipergunakan untuk bergerak luas di luar GPM. Akan tetapi dalam realisasinya hal ini tidak pernah tercapai
v  Istilah persatuan terlampau statis dan kurang mempunyai prespektif yang dinamis sesuai dengan semangat kepemudaan
v  Dengan menunjuk pada nama AMGPM hendak menunjukan sebuah pergerakan yang dinamis, gerakan ini sekaligus memberikan warnanya sebagai organisasi Gereja dari GPM. Melalui hal ini juga ada batasan-batasan tertentu agar pergerakannya tidak keluar dari gagasan tersebut, sehingga AMGPM tidak ada interpretasi dari luar yang dapat masuk dan menguasai oganisasi ini.
Perubahan nama ini sekaligus membuat perubahan-perubahan struktur organisasi dan kepemimpinan. Kalau selama ini Ketua Umum ditunjuk oleh Badan Pekerja Sinode atas usul Pengurus Besar atau Kongres, maka sekali ini dipilih oleh Kongres dan minta disahkan oleh BPS Kongres hanya memilih Ketua Umum dan Sekretaris Umum yang di percayakan menyusun personalia sesuai Struktur yang sudah ditetapkan.[15]
Komposisi Pengurus Besar dan Personalianya sebagai berikut :[16]

Ketua Umum        : Pdt. Tanamal, S.Th
Ketua I                  : Pdt. S.C. Lewier, S.Th
                               Bidang Marturia
Ketua II                 : F.N. SIahaya
                               Bidang Diakonia
Ketua III                : H. Masrikat
                               Bidang Koinonia
Sekretaris Umum : H.F. Siwabessy
Sekretaris I           : Nn. C. Breemer
                               Bidang Marturia
Sekretaris II          : A. Kanikir
                               Bidang Diakonia
Sekretaris III         : Nn. M. Sahetapy
                               Bidang Koinonia

Bendahara Umum: J. Mailoa
                               Pembangkit Dana
Bendahara I          : Z.M.A. Matulessy
                               Pembukuan
Bendahara II         : Nn. Chr. Maitimu
                               Penyimpanan




Gbr IV.3 LOGO AMGPM  I

Pada tanggal 28 Oktober 1966 dibuat Logo AMGPM dengan pemaknaan sebagai berikut :[17]
Bulatan menundjuk kepada dunia sebagai tempat bertugas dan bersasaran dengan warna hitam, jang diatasnja ditulis nama Angkatan Muda GPM dan nath Math.5:14a. Bulatan di dalamnja terdapat sebuah perahu dengan bertiangkan salib dan lajar Alkitab sedang berlajar di atas samudra, semuanja mempunjai maksud bahwa djuga AMGPM sebagai bagian mutlak dari Geredja, mempunjai makna dalam sedjarah oikumene dan selalu berada dalam perdjalanan dan perdjuangan.
Mengenai lagu AMGPM, oleh Pdt F.C. Lewier, diintroduksir suatu njanjian wadjib jang ragamnja berlatar belakang njanjian orang musjafir jang berkemah, dengan sjair :

 Mari kawan masuk Angkatan Muda GPM
 Djadi anak kandung Geredja Protestan Maluku
 Dalam tanggung djawab bersama
 Sukseskan Tri panggilan Geredja
 Koinonia, Marturia dan Diakonia
  Ingatlah sembojan kita “ Kamu Terang Dunia
  Untuk itu faktor jang penting, faktor Koinonia
  Sebab itu binalah terus Koinonia kita jang benar
  Bagi Marturia dan Diakonia jang benar
Dalam perkembangan lewat Keputusan Kongres Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku Nomor : 04/KPTS/KI/1988 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 1988 di Letziara Tepa, telah menetapkan Perubahan dan Pengesahan Lambang/Logo Angkatan Muda GPM yang baru menggantikan logo yang lama.


Gbr. IV.4 LOGO AMGPM II

Logo baru secara Material terdiri dari :[18]
1.     Bulatan Sempurna
2.    Sebuah Gambar Obor
3.    Gulungan lembaran kertas Kitab Suci dengan inisial X dan P
4.    Bagian dalam bundaran tergambar bulatan bumi (globe) dengan lima garis lintang
5.    Bagian luar bulatan sebagai bingkaian tertera nama Angkatan Muda GPM dan Matius 5 : 14a
     Sementara Nyanyian wajib AMGPM masih menggunakan Lagu karangan Pdt F.C. Lewier yakni : “ Mari kawan masuk Angkatan Muda GPM                            
     Selanjutnya bertolak dari Keputusan Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) XVI Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku Nomor 07/KPTS/MPP-XVI/2002 yang berlangsung di Weduar pada tanggal 09 Nopember 2002, telah menetapkan Pengesahan Penarikan Logo dan Lagu Wajib AMGPM yang lama dan Pengesahan Logo dan Lagu Wajib Baru AMGPM.



Gbr.IV.5  LOGO AMGPM III

Logo ini didesain dengan memiliki unsur-unsur yang secara spesifik terdiri dari :[19]
Gambar Bulatan Bumi yang sedang aktif berputar, berwarna dasar Biru Muda (Biru Maritim) bertepi warna Biru Tua (Biru Samudra).
Lima Garis Lintang berbentuk cembung berwarna Putih dengan kemiringan 200 bertepi Biru Tua (Biru Samudra).
Pita Teks bertulis: Mat. 5 . 13 a & 14 a melingkari bumi berwarna Kuning pada bagian depan dan warna Putih pada bagian belakang. Tepi Pita dan Teks Alkitab berwarna Ungu Tua.
Dua bentuk Lingkaran berwarna Hijau (Lingkaran Luar) dan Putih (lingkaran dalam).
Di bawah gambar utama logo ini, tertera nama AMGPM yang ditulis dengan bentuk Kursif (huruf miring) tebal berwarna Biru Tua (Biru Samudra) dan mengenai lagu wajib AMGPM yang baru yang diciptakan oleh Pdt. Elly Toisuta, M.Th.LM


[1] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 29
[2] Dr P. TANAMAL, GERAKAN PEMUDA KRISTEN DALAM GEREJA PROTESTAN
MALUKU, (PENGURUS BESAR ANGKATAN MUDA G.P.M : AMBON 1972 ). Hal 5
[3] Ibid, Hal  8
[4] Ibid, Hal 22
[5] Ibid, Hal 24
[6] Ibid, Hal 26
[7] Ibid, Hal 27
[8]  Ibid, Hal 30
[9] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 39
[10]  Dr. P. TANAMAL, GENERASI MUDA DAN MASA DEPAN 1. (YAYASAN MALORIN : AMBON 1988. Hal 13
[11]  Dr P. TANAMAL, GERAKAN PEMUDA KRISTEN DALAM GEREJA PROTESTAN MALUKU; Hal   32
[12] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 42
[13]  Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 43
[14]  Ibid, Hal  37
[15] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 46
[16] Ibid, Hal 39
[17] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 48
[18]  Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 50
[19] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);  halm 51

Syalom...

Redaksi

We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

No comments:

Leave a Reply

Cari Website Ini


Ayat Alkitab Hari Ini

Cari Ayat Alkitab


Ketik kata atau ayat:

Alkitab Bahan

Berita Daerah AMGPM

Seputar AMGPM

Sering Di Baca

Total Pageviews

loading...